GUNUNG SLAMET


GUNUNG SLAMET VIA BAMBANGAN


Basecamp – Pos 1 (2,5 jam)

Pendakian dimulai dengan melewati gerbang hits di dekat basecamp. Belum terlalu menanjak karena masih melewati area perkebunan warga, namun susahnya banyak cabang jalan yang ada di kebun-kebun itu yang sedikit membingungkan. 

Tak berapa lama bakal dijumpai trek Slamet yang sebenarnya dengan tanjakan yang menghajar dengkul. Vegetasi juga mulai memasuki hutan pinus yang rimbun.

Pos 1 – Pos 2 (±1 jam)

Menuju Pos 2 trek pendakian makin dipersulit dengan keadaaan semalam yang sepertinya turun hujan. Tanjakan yang sebetulnya mudah dilalui, tapi karena becek dan licin sehingga perlu tenaga ekstra untuk melewatinya. 
Hingga sampai di ujung suatu tanjakan terlihat beberapa warung dengan aroma tempe mendoan yang menyeruak. Itulah pos 2 yang bernama "Pondok Walang".

Pos 2 – Pos 3 (±1 jam)

Makin ke atas, hutan makin lebat dan akan banyak melewati jalur pendakian yang menyerupai cerukan sempit sebagai jalan air mengalir.
Kami sampai di Pos 3 menjelang magrib, karenanya kami singgah sejenak untuk menyeruput teh hangat yang tentunya kami nggak masak air sendiri tapi beli di warung yang ada di pos tersebut. Hingga Pos 3 kami masih bisa menjumpai warung. Enak juga ya, Gunung Slamet sekarang bisa bikin tas carrier jadi lebih enteng.

Pos 3 – Pos 4 (±1 jam 20 menit)

Karena kami mulai pendakian sekitar jam 1 siang, sehingga selepas Pos 3 pun hari sudah gelap. Kami keluarkan head lamp untuk menerangi jalan kami menuju Pos 4 yang bernama Samarantu. Yap, pos yang cukup tenar namanya karena cerita-cerita mistis yang beredar. 

Pos 4 – Pos 5 Camp (±30 menit)

Jarak antara Pos 4 ke Pos 5 memang tidak terlalu jauh.Sampailah di Pos 5 yang ternyata ramai banget dengan tenda yang sudah berdiri. masih ada warung juga di Pos 5 . 

Pos 5 – Pos 6 (±10 menit)

Malam saat itu kami lewati dengan begitu cepat. Rasanya baru saja merebahkan badan di dalam hangatnya sleeping bag tau-tau alarm berdering tanda kami harus bangun dan memulai summit attack dengan jarak yang masih lumayan jauh. Kami tak terlalu banyak berharap mendapat sunrise di puncak mengingat masih ada Pos 6 sampai Pos 9 yang harus kami lewati meski jarak antar posnya sudah gak begitu jauh seperti pos-pos sebelumnya. Kami memulai perjalanan meninggalkan Pos 6 sekitar pukul 04.30 WIB setelah sebelumnya mengisi perut dengan yang anget-anget dan sekalian sholat subuh.


Pos 6 – Pos 7 (±20 menit)

Seperti jarak Pos 5 menuju Pos 6 yang nggak terlalu jauh, begitu pula Pos 6 menuju Pos 7. Hingga kami mendapati pemandangan sunrise keren di Pos 7 itu. Kondisinya banyak pepohonan rimbun namun untungnya bagian yang menghadap timur lumayan terbuka sehingga pendaki yang kesiangan termasuk kami bisa menikmati hangatnya matahari terbit di Pos 7. Di pos ini juga ada warung loh. Inilah warung yang paling tinggi di jalur pendakian Slamet via Bambangan. Bisa lah kalau mau menyeruput kopi atau teh manis panas sambil menikmati munculnya mentari di ufuk timur.


Pos 7 – Pos 8 (±10 menit)

Tak perlu berlama-lama di Pos 7 karena masih ada 2 pos lagi sebelum puncak, Dari pada ntar kesiangan dan bau belerang dari kawah Segoro Wedhi makin menusuk hidung, kami pun memutuskan untuk melanjutkan pendakian menuju Pos 8 dengan melewati tenda-tenda pendaki di Pos 7 yang tersebar dimana-mana karena memang pos ini tidak berbentuk tanah lapang namun pendaki-pendaki biasa mendirikan tenda diantara pepohonan dengan tanah yang berundak.

Pos 8 – Pos 9 Plawangan (±15 menit)

Tak lama berjalan kami sampai juga di Pos 8 yang juga bisa digunakan untuk tempat ngecamp tapi perlu diingat kalau tempat ini sudah mulai terbuka dan jarang pepohonan, jadi perlu dipertimbangkan mengenai kondisi angin maupun saat hujan. Oh iya, selang dua hari setelah kami mendaki, dunia pendakian kembali berduka dengan meninggalnya dua pendaki di Pos 8. Sebabnya adalah sambaran petir ketika mereka berdua sedang berada di dalam tenda. Alam memang tidak dapat diprediksi namun segala mara bahaya bisa diantisipasi dengan salah satunya mempertimbangkan lokasi mendirikan tenda saat di gunung agar kejadian malang seperti itu tidak terulang lagi.


Pos 9 – Puncak (±30 menit

Sampai di Pos 9 yang juga sering disebut sebagai Plawangan kami dibuat kagum dengan jalur menuju puncak yang sungguh luar biasa keren. Ukiran-ukiran alam membentuk trek sebelum puncak begitu indah, meski untuk melewatinya butuh tenaga ekstra karena kemiringannya yang tidak main-main dan juga kondisi bebatuan yang sangat labil dan mudah sekali menggelinding ke bawah. Dengan kondisi jalur pendakian yang demikian, sangat perlu kehati-hatian untuk melewatinya agar tidak terperosok dan juga agar batuan tidak mengenai pendaki yang berjalan di bawah kita.

Jalur pendakian hanya sedikit pasir, nggak seperti Mahameru maupun Merapi yang banyak pasirnya. Jalur menuju puncak Slamet didominasi tanah keras dengan bebatuan cadas yang tidak benar-benar tertancap di tanah.

Setelah terengah-engah dihajar trek menuju puncak slamet yang luar biasa itu akhirnya kami bisa sampai di dataran sebelum puncak. Kami istirahat sejenak untuk menunggu semua anggota ngumpul. Di puncak sudah rame banget pendaki yang mulai foto-foto pake kertas bertuliskan “Sayang kapan nanjak bareng…” sampai ada juga yang selimutan sarung karena memang angin disana semribit banget yang kadang agak sedikit kenceng membawa hawa dingin yang lumayan menusuk tulang.
Kami segera menghampiri tanah tertinggi Jateng dan berfoto dengan plang bertuliskan Puncak Slamet, biar afdhol gitu loh. Oiya, saya kira dari puncak sudah terlihat kawah Segoro Wedhi, tapi untuk melihatnya kita harus berjalan turun berkebalikan arah dengan saat tadi menuju pucak. 

Cukup lama kami berfoto-foto di puncak kawah karena memang viewnya sungguh ciamik. Berlatar kawah Segoro Wedhi yang sangat lebar berwarna kuning dan juga mengepulkan asap, berpadu dengan gagahnya Gunung Ciremai yang beberapa waktu yang lalu sempat saya daki turut menampakkan diri di kejauhan. Sungguh perpaduan yang luar biasa. 
Menjelang siang kami memutuskan untuk turun ke tempat kemah untuk segera packingdan lanjut turun ke basecamp. 

Perjalanan turun cukup lancar meski sempat diguyur hujan. Sekitar jam 7 malam kami baru sampai di basecamp Bambangan. Rencananya kami dijemput mobil yang mengantar kami kemaren esok hari, sehingga malam itu kami menginap di basecamp. Btw, kalau sedang ramai pendakian, basecamp bisa sangat penuh pendaki-pendaki yang juga bermalam. Sama seperti saat itu yang rame banget, jadinya kami menginap di warung depan basecamp. Banyak juga rumah-rumah warga yang bisa dijadikan tempat bermalam kok. Sang pemilik juga tidak mematok harga untuk pendaki yang ingin menginap. Yang penting kalau bisa beli makan atau minum di warung tempat kita menginap itu sudah cukup.

No comments:

Post a Comment